NABI SULAIMAN ‘ALAIHISSALAM

Gambar. Nabi Sulaiman Alaihisalam - www.pedulifajrifm.org

Bagikan :

NABI SULAIMAN ‘ALAIHISSALAM

Nama dan Nasabnya

Ia adalah Sulaiman bin Dawud bin Aysya bin Uwaid bin Abir bin Salmun bin Nakhsyun bin Umaina Adab bin Iram bin Hashrun bin Farish bin Yahudza bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Pewaris Kenabian

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, ‘Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh (semua) ini benar-benar karunia yang nyata’.” (QS. an-Naml:16). Yaitu mewarisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta benda.

Kerajaan Nabi Sulaiman

Al Hafizh Abu Bakar Al Baihaqi menuturkan, “Abu Abdullah Al Hafizh memberitakan kepada kami, Ali bin Hasysyad memberitakan kepada kami, Ismail bin Qutaibah bercerita kepada kami, Ali bin Qudamah bercerita kepada kami, Abu Ja’far Al-Aswani, yaitu Muhammad bin Abdurrahman bercerita kepada kami, dari Abu Ya’qub al-Ama, Abu Malik bercerita kepadaku, ia berkata, ‘Suatu ketika Sulaiman bin Dawud melintasi seekor burung pipit jantan terbang mengelilingi seekor burung pipit betina. Sulaiman kemudian berkata kepada para sahabatnya, ‘Tahukah kalian apa yang dikatakan burung itu?’ Mereka balik bertanya, ‘Apa yang dia katakan wahai Nabi Allah? Sulaiman berkata, ‘Dia meminangnya untuk ia nikahi dan berkata, ‘Menikahlah denganku, aku akan menempatkanmu di kamar-kamar Damaskus mana pun yang kau suka!’ Sulaiman berkata, ‘Karena kamar-kamar Damaskus dibangun dengan batu-batu keras, tak seorang pun bisa menempatinya. Setiap peminang memang pendusta!” (HR. Ibnu Asakir)

Baca Artikel Lainnya!

Sulaiman juga menguasai bahasa binatang-binatang lain, dan berbagai jenis makhluk. Dalilnya adalah kata-kata Sulaiman setelah ayat-ayat di atas, “Dan kami diberi segala sesuatu,” yaitu apa pun yang diperlukan seorang raja, seperti pasukan, alat-alat perang, prajurit-prajurit dari golongan jin, manusia, burung, binatang liar, setan, ilmu, pemahaman, bisa mengungkapkan isi hati seluruh makhluk yang berbicara ataupun yang tidak.

Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud

Allah menuturkan kisah Sulaiman dengan burung Hudhud. Sekelompok pasukan burung, secara bergiliran maju ke depan untuk menjalankan perintah yang diinstruksikan, sama seperti prajurit-prajurit para raja pada umumnya. Tugas Hudhud menurut riwayat dari Ibnu Abbas dan lainnya adalah untuk mencari tempat keberadaan air. Ketika Sulaiman dan para pasukannya tidak menemukan air di tengah padang pasir dalam perjananan, Hudhud biasanya datang lalu mencarikan tempat keberadaan air. Hudhud diberi Allah kemampuan untuk mendeteksi keberadaan air di dalam tanah. Ketika menunjukkan keberadaan air di suatu tanah, pasukan Sulaiman menggali titik tersebut, lalu mengeluarkan air, selanjutnya mereka gunakan untuk keperluan yang dibutuhkan. Namun suatu ketika, Sulaiman mencari-cari Hudhud, ia tidak ada di tempat tugasnya “lalu berkata, ‘Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?” yaitu kenapa ia tidak ada di sini, ataukah ia menghilang dari pandanganku sehingga aku tidak melihatnya. “Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat,” Sulaiman mengancamkan suatu siksaan padanya. Para mufassir berbeda pendapat, apa siksaan yang dimaksud. Intinya tercapai dengan perkiraan berikut; “Atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas,” yaitu dengan membawa alasan yang bisa menyelamatkannya dari kelalaian ini.

Ratu Balqis

Allah subahanhu wa ta’ala berfirman, “Maka tidak lama kemudian (datanglah Hudhud),” yaitu Hudhud menghilang dalam waktu yang tidak terlalu lama, setelah itu ia datang dan berkata kepada Sulaiman, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui,” Yaitu aku melihat sesuatu yang belum engkau lihat, “Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita yang meyakinkan, “yaitu berita yang benar, “Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah suatu kaum, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar,” Hudhud menyampaikan berita tentang sebuah kerajaan besar Saba’ yang ada di Yaman. Kerajaan Saba’ pada masa itu beralih ke tangan seorang putri raja yang ia angkat sebagai penggantinya, karena ia tidak memiliki keturunan lain selain putri semata wayangnya itu. Mereka kemudian mengangkatnya sebagai ratu. Ia adalah Balqis binti Sairah, namanya Hadhad. Pendapat lain menyebut Syarahil bin Dzul Jadan bin Sairah bin Harits bin Qais bin Shaifi bin Saba’ bin Yasyjab bin Ya’rib bin Qahthan.

Surat Menyurat Antara Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis

Setelah mendengar laporan dari burung Hudhud, Sulaiman mengirim surat berisi seruan untuk taat kepada Allah, taat kepada rasul-Nya, kembali kepada-Nya, tunduk untuk bergabung dalam kekuasaan rasul-Nya. Karena itu Sulaiman berkata kepada mereka, “Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku,” yaitu jangan bersikap sombong untuk taat padaku dan mengerjakan perintah-perintahku, “Dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri,” yaitu datanglah kepadaku dalam keadaan bersedia mendengar dan taat, tanpa permusuhan ataupun rayuan. Saat surat Sulaiman datang dibawa burung Hudhud. Sejak saat itu orang-orang mulai menggunakan kertas. Namun, jauh sekali perbedaan bintang dengan tanah! Surat ini bisa dimengerti oleh siapa pun yang mau mendengar dan taat. Sejumlah mufassir dan lainnya menyebutkan, Hudhud membawa surat tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut kepadanya saat ia berada seorang diri. Hudhud berdiri di salah satu sudut ruangan untuk menantikan jawaban dari surat tersebut. Balqis kemudian mengumpulkan para Amir, menteri, dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah.

Kebijaksanaan Nabi Sulaiman ‘Alaihisalam

“Dan ingatlah kisah Dawud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena ladang itu dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum yang lebih tepat, dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu.” (QS. al Anbiya’ : 78-79)

Angin, Kendaraan Nabi Sulaiman ‘Alaihisalam

Sulaiman memiliki hamparan yang terbuat dari papan, memuat apa pun yang diperlukan, mulai dari rumah, istana, tenda, perabotan, kuda, unta, alat-alat berat, pasukan dari golongan manusia dan jin, juga hewan, dan burung. Saat hendak berperang, rekreasi, atau memerangi raja maupun musuh di negeri mana pun yang dikehendaki Allah, Sulaiman membawa semua itu di atas hamparan papan lebar, lalu memerintahkan angin untuk membawanya terbang, angin kemudian menyelinap ke bawah papan dan mengangkatnya. Setelah berada di angkasa, Sulaiman memerintahkan angin untuk terbang membawanya dengan cepat, lalu meletakkannya di tempat mana pun seperti yang ia kehendaki, di mana ketika Sulaiman pergi pada pagi hari dari Baitul Maqdis, angin membawanya terbang hingga ke Istakhar, yang jika ditempuh dengan perjalanan darat akan memakan waktu sebulan. Sulaiman berada di sana hingga sore hari, lalu pada sore hari ia pulang menuju Baitul Maqdis.

Istri-istri Nabi Sulaiman

Sejumlah salaf menyebutkan, Sulaiman memiliki seribu istri, 700 di antaranya wanita merdeka, dan 300 lainnya budak. Pendapat lain menyebut kebalikannya, 300 wanita merdeka dan 700 budak.

Wafatnya Nabi Sulaiman

Allah berfirman, “Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (QS. Saba’ : 14)

Yuk! Bersama Luaskan Dakwah dengan Sedekah Jariyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *