NABI ISHAQ ‘ALAIHISSALAM

Bagikan :

Kisah Nabi Ishaq alaihisalam bin Ibrahim alaihisalam, Orang Mulia Anak Orang Mulia

Ishaq lahir pada saat ayahnya telah berusia 100 tahun, tepat 14 tahun setelah kelahiran saudaranya, Ismail. Sarah ibunya, berusia 90 tahun saat diberi kabar gembira berupa kelahiran Ishaq.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami beri Dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang Nabi yang Termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (QS. ash-Shaffat: 112-113)

Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang mulia anak orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia; Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.”

Istri Nabi Ishaq Alaihisalam dan Anaknya 

Ahli kitab menyebutkan, bahwa saat Ishaq menikahi Rafiqa binti Batwabil saat ayahnya masih hidup, usianya saat itu mencapai 40 tahun. Rafiqa mandul, lalu Ishaq berdoa kepada Allah untuknya, ia kemudian hamil, lalu melahirkan dua anak kembar. Anaknya yang pertama bernama Aish, yang oleh orang Arab disebut Aish nenek moyang bangsa Romawi, dan yang kedua bernama Ya’qub, disebut Ya’qub (yang artinya belakangan), karena ia lahir setelah saudaranya. Dia inilah Israil, asal usul nasab Bani Israil.

Ahli kitab menyatakan, “Ishaq lebih mencintai Aish dari pada Ya’qub, karena Aish adalah anak pertama. Ibunya, Rafiqa lebih mencintai Ya’qub karena ia anak bungsu.”

Mereka juga menuturkan, “Saat Nabi Ishaq alaihisalam tua dan pandangannya lemah, ia menginginkan sebuah makanan, lalu menyuruh anakya, Aish, agar berburu hewan untuk kemudian dimasak, lalu ia doakan keberkahannya. Setelah itu, ibunya, Rafiqa, menyuruh anaknya Ya’qub, untuk menyembelih dua domba terbaik miliknya, dan membuatkan makanan seperti yang diinginkan ayahnya. Ya’qub datang kepada ayahnya sebelum kakanya, agar ia mendapat doa berkah ayahnya. Ibunya, Rafiqa, mengenakan pakaian milik kakaknya padanya. Kedua lengan dan lehernya dibalut ibunya dengan kulit kedua domba tersebut, karena Aish memiliki bulu yang lebat, sementara Ya’qub tidak.

Kemudian Ya’qub menyuguhkan makan itu kepada ayahnya, ketika ditanya oleh ayahnya, ‘Kamu siapa?’, anakmu, Aish, jawab Ya’qub, kemudian ayahnya memakan makanan itu walau ayahnya mengetahui itu suara Ya’qub, setelah dimakan makan yang disuguhkan, Ishaq mendoakan anaknya menjadi anak yang paling mulia, paling besar dan juga keturunan-keturunannya nanti, serta semoga rezeki dan anaknya banyak.

Setelah Ya’qub keluar, datanglah Aish dengan membawa makanan seperti yang diminta, ayahnya bertanya, ‘Apa ini wahai anakku?’, ini makanan yang ayah inginkan, ayahnya menjawab, ‘Bukankah tadi kau sudah membawa makanan itu, Aish menjawab, ‘Tidak, demi Allah.’ Aish sadar ternyata ia sudah didahului oleh adiknya. Aish merasa sedih dan berjanji akan membunuh Ya’qub setelah ayahnya meninggal.

Ibunya mendengar ancaman Aish, ia menyuruh Ya’qub agar pergi ke tempat saudaranya, Laban, di Haran, dan menetap di sana hingga amarah kakaknya mereda, serta menikahi putrinya.

Kepergian Nabi Ya’qub ke Negeri Haran

Ya’qub kemudian pergi ke Haran pada sore hari. Setelah sampai kemudian menemui pamannya. Pamannya mempunyai dua anak perempuan. Yang sulung namanya Laya dan adiknya Rahil. Rahil lebih cantik dari kakaknya. Ya’qub kemudian meminta pamannya supaya menikahkan dengan dirinya, pamannya menyetujuinya dengan syarat Ya’qub menggembala kambing miliknya selama tujuh tahun. Setelah sampai batas waktu yang ditentukan putrinya dinikahkan dengan Ya’qub, tetapi bukan Rahil seperti yang Ya’qub minta, pamannya menikahkan Laya yang memiliki rupa kurang cantik. Ya’qub meminta kembali kepada pamannya supaya menikahkan Rahil yang lebih cantik dengan dirinya, pamannya menyetujuinya dengan syarat Ya’qub bisa menggembala selama tujuh tahun lagi, karena pamanya tidak akan menikahkan anak putri kedua sebelum kakaknya. Setelah menggembala selama tujuh tahun lagi, Ya’qub bisa menikah dengan Rahil dan saat itu Ya’qub menikahi dua wanita bersaudara, saat itu sudah lazim dan diperbolehkan dalam agamanya saat itu.

Laya melahirkan anak sebanyak enam orang, sementara Rahil melahirkan dua orang anak yaitu Yusuf dan Bunyamin. Selain dari dua putri pamannya, Ya’qub juga mempunyai anak dari budak kedua istrinya tersebut, dari budak Laya, Zulfa melahirkan dua orang anak dan dari budak Rahil, Balha melahirkan Dani dan Nifatali.

Nabi Ya’qub Kembali ke Kampung Halaman 

Ya’qub tinggal di Haran selama 20 tahun. Setelah menerima wahyu dari Allah untuk kembali ke negeri ayah dan kaumnya, kemudian Ya’qub menyampaikan ke keluarganya dan mereka menurut, kemudian Ya’qub bersama keluarganya dan hartanya pergi menuju negeri ayahnya. Setelah pergi meninggalkan Haran, Laban kemudian menyusul dan menegurnya karena tidak memberi tahu, akhirnya Ya’qub dan Laban membuat kesepakatan, Ya’qub disayaratkan untuk tidak memperlakukan istri-istrinya dengan hina, tidak menikah lagi, tidak meninggalkan negerinya terlalu jauh, dan membuat jamuan makanan untuk bersama.

Nabi Ya’qub Disambut Aish dengan 400 Tentara

Setelah Ya’qub berada di dekat tanah Seir, para malaikat menyambutnya. Ya’qub kemudian mengirim baju selimut untuk Aish, namun baju tersebut dikembalikan sekaligus kakaknya memberitahu bahwa dirinya sudah menyiapkan 400 prajurit. Ya’qub takut kemudian berdoa kepada Allah agar keburukan tidak menimpanya. Kemudian Ya’qub menyiapkan hadiah yang banyak untuk Aish berupa kambing, domba, sapi, kerbau dan keledai.

Ya’qub terus berjalan bersama keluarganya jauh di belakang para budaknya yang membawa hadiah untuk Aish, Ya’qub akhirnya bertemu Aish bersama 400 prajurit, Ya’qub sujud di hadapan kakaknya sebanyak tujuh kali sebagai penghormaan pada saat itu dan disyariatkan. Setelah itu Aish menghampiri Ya’qub kemudian memeluk, mencium dan menangis, kemudian diikuti oleh keluarga Ya’qub, mereka bersujud untuk Aish dan Ya’qub meminta supaya Aish menerima hadiah darinya dan Aish pun menerimanya.

Setelah melintasi kawasan Sahur, Ya’qub mendirikan sebuah rumah dan naungan untuk hewan-hewan ternaknya. Setelah itu melintasi Aurisylim, perkampungan milik Syakhim, Ya’qub lalu singgah di sana dan membeli tanah perkebunan Syakhim bin Jumur seharga 100 kambing. Ya’qub mendirikan tenda di sana dan membangun sebuah tempat penyembelihan hewan kurban yang diberi nama Eil, Tuhan Israil. Allah memerintahkan Ya’qub untuk mendirikan tempat itu yang kemudian dikenal Baitul Maqdis tempat Ya’qub berkuasa. Selanjutnya tempat ini direnovasi oleh Sulaiman bin Dawud dan itu tempat yang sebelumnya diberi tanda dengan minyak.

Ya’qub memiliki 12 anak, mereka semua laki-laki, dari Laya enam orang, dari Rahil dua orang anak, dari budak Laya dua orang anak dan dari budak Rahil dua orang anak. Ya’qub kemudian menemui ayahnya, Ishaq dan tinggal di dekatnya di kampung Hebron di tanah Kan’an. Setalah itu Nabi Ishaq alaihisalam sakit dan meninggal dalam usia 180 tahun. Jenazahnya dimakamkan kedua anaknya, Aish dan Ya’qub, bersama ayahnya, Ibrahim di sebuah gua yang ia beli.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.pedulifajrifm.org

Categories