SERI SIROH NABI ﷺ: PERANG KHAIBAR BAG.2

Perang Khaibar - www.pedulifajrifm.org

Bagikan :

PERANG KHAIBAR BAG.2

Khabair terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama memiliki lima benteng, yaitu:

  1. Benteng Na’im
  2. Benteng Sha’b Ibnu Muadz
  3. Benteng Qal’ah az-Zubair
  4. Benteng Ubay
  5. Benteng an-Nizar

Tiga benteng pertama terletak di daerah yang bernama Nuthah. Sedangkan dua benteng terakhir terletak di daerah yang bernama Syaqq.

Adapun bagian yang kedua, yang dikenal dengan sebutan ‘al-Katibah’, hanya memiliki tiga benteng saja, yaitu:

  1. Benteng Qamush milik Bani Abil Haqiq dari Bani Nadhir
  2. Benteng Wathih
  3. Benteng Salalim

Di dalam Khaibar masih ada benteng-benteng lain selain delapan benteng tersebut, hanya saja benteng itu kecil-kecil, tidak sama dengan benteng ke delapan benteng tersebut.

Ketika malam penyerangan atau setelahnya, bersabdalah Nabi ﷺ , “Sungguh akan aku berikan panji perang ini kepada seseorang yang mencintai Alloh dan Rosul-Nya dan dicintai Alloh dan Rosul-Nya.” Maka pagi harinya para shahabat mendatangi Rosululloh ﷺ dan setiap mereka berharap diberi  komando perang tersebut.  Lalu beliau bertanya, “Dimana Ali bin Abi Thalib?” Mereka menjawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Nabi ﷺ bersabda, “Bawalah ia kemari!” lalu ditangkanlah. Rosululloh ﷺ meludah di kedua matanya dan berdoa untuknya maka sembuhlah ia dari sakitnya seolah-olah tidak merasakan sakit sebelumnya, kemudian panji perang diberikan kepadanya. Ia berkata, “Wahai Rosululloh, apakah aku harus memerangi mereka sampai mereka menjadi seperti kita?” Rosululloh ﷺ menjawab, “Majulah perlahan-lahan sampai kamu tiba di halaman mereka lalu serulah mereka kepada Islam. Beritahu mereka akan hak Alloh yang diwajibkan atas mereka. Demi Alloh! Jika Alloh memberi petunjuk kepada seseorang melalui dirimu niscaya itu lebih baik bagimu dari pada engkau memiliki onta merah.”

Lantas kaum Muslimin bermalam di dekat Khaibar, sedangkan orang-orang Yahudi tidak mengetahui kalau kaum Muslimin sudah dekat dengan mereka. Dan di antara kebiasaan Nabi ﷺ bila mendatangi suatu kaum pada malam hari, beliau tidak akan mendekatinya sampai waktu shubuh, ketika shubuh datang, Nabi ﷺ shalat subuh menjelang matahari terbit. Kaum muslimin pun menunggangi tunggangannya, sementara penduduk Khaibar tidak mengetahui hal ini, sehingga mereka keluar membawa cangkul dan keranjang pergi ke ladang seperti biasanya. Sampai saat itu mereka belum juga mengetahui kedatangan kaum Muslimin. Ketika mereka melihat pasukan kaum Muslimin, mereka pun berteriak, “Muhammad telah datang, demi Alloh! Muhammad telah datang bersama pasukannya.” Kemudian mereka pun lari terbirit-birit ke kotanya. Nabi ﷺ pun bersabda, “Allohu Akbar, hancurlah Khaibar, Allohu Akbar hancurlah Khaibar. Sesungguhnya bila kami mendatangi kampung halaman suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari orang-orang yang diperingatkan.”

Rosululloh ﷺ dan para shahabatnya maju, dan benteng yang pertama kali diserang ketika itu adalah benteng Na’im. Karena ia merupakan garis pertahanan pertama kaum Yahudi yang letaknya sangat strategis. Benteng ini adalah kepunyaan Marhab, seorang pahlawan Yahudi yang dianggap mempunyai kekuatan sebanding 1000 orang. Keluarlah Ali bin Abi Thalib rodhiyallohu’anhu bersama kaum Muslimin menuju menuju benteng ini dan menyeru orang-orang Yahudi kepada Islam. Mereka menolak seruan ini sambil menampakan diri bersama raja mereka, Marhab. Sesampainya di medan pertempuran, ia menantang duel satu lawan satu.

Pertempuran sengit berkobar di sekitar benteng Na’im yang menyebabkan petinggi-petinggi Yahudi terbunuh dan kerenanya melemahlah perlawanan mereka serta tak mampu membendung serangan kaum Muslimin. Orang-orang Yahudi berputus asa menghadapi kaum Muslimin, maka mereka menyelinap dari benteng ini ke benteng Sha’b dan berhamburanlah kaum Muslimin memasuki benteng Na’im.

Baca Artikel Lainnya!

Setelah penaklukan benteng Na’im dan Sha’b, pindahlah orang-orang Yahudi dari seluruh benteng Nuthah ke benteng az-Zubair, yang merupakan benteng kokoh terletak di puncak ketinggian. Tidak ada kuda dan orang yang bisa menggapainya karena jalannya sangat sulit dan terjal serta karena kekokohannya. Oleh karena itu Rosululloh ﷺ memutuskan untuk mengepungnya dan beliau turut mengepungnya selama tiga hari. Lalu datanglah seorang Yahudi dan berkata, “Wahai Abul Qasim, walaupun engkau mengepung selama sebulan mereka tidak akan peduli, karena mereka mempunyai air minum dan mata air di bawah tanah di bawah benteng itu; Di malam hari mereka keluar dan minum, kemudian kembali ke benteng dengan merasa aman darimu. Bila engkau memutus sumber air mereka pasti mereka akan keluar menemuimu.” Rosululloh ﷺ pun memutus sumber air itu. Lalu mereka keluar dan bertempur dengan sangat sengit. Dalam pertempuran ini beberapa orang Muslim terbunuh, sedangkan di pihak Yahudi tewas sekitar 10 orang. Akhirnya Rosululloh ﷺ pun dapat menaklukan benteng tersebut.

Setelah benteng az-Zubair jatuh ke tangan kaum Muslimin, orang-orang Yahudi pindah ke benteng Ubay dan bertahan di dalamnya. Kaum Muslimin pun mengepungnya. Dua jawara Yahudi tampil menantang duel satu lawan satu. Tapi keduanya mampu dikalahkan oleh kaum Muslimin. Jawara Yahudi kedua di kalahkan oleh ksatria masyhur, Abu Dujanah, Sammak bin Kharsyah al-Anshari pemilik ikat kepala merah. Segera setelah membunuhnya Abu Dujanah menyerbu benteng dan diikuti oleh pasukan Islam. Kembali terjadi pertempuran sengit di dalam benteng dan akhirnya, orang-orang Yahudi pun menyelinap keluar benteng dan pindah ke benteng an-Nizar, benteng terakhir di bagian Khaibar yang pertama.

Kemudian kaum Muslimin menuju benteng an-Nizar, benteng ini merupakan benteng terkokoh yang ada di bagian pertama Khaibar. Orang-orang Yahudi merasa yakin bahwa kaum Muslimin, walaupun dengan mengerahkan segala cara, tidak akan sanggup menyerbu benteng ini. Karena itu mereka tinggal di dalam benteng ini bersama anak-anak dan istri mereka, di mana hal itu tidak mereka lakukan di benteng yang terdahulu. Kali ini kaum Muslimin benar-benar mengepung benteng dan melakukan penekanan yang dekat kepada mereka. Tapi karena benteng ini terletak di atas gunung tinggi yang kokoh, kaum Muslimin tidak menemukan jalan untuk menyerbunya. Adapun orang-orang Yahudi, mereka tidak berani keluar benteng untuk bertempur melawan kekuatan kaum Muslimin. Tapi mereka melakukan perlawanan yang sengit dengan anak panah dan lemparan batu.

Ketika benteng an-Nizar ini sulit ditaklukan oleh kekuatan kaum Muslimin, Nabi ﷺ memerintahkan untuk memasang alat-alat pelontar. Beberapa peluru ditembakkan kaum Muslimin yang menyebabkan tembok-tembok benteng berlobang. Lalu diserbulah benteng itu dan terjadi pertempuran sengit di dalam benteng. Di depan benteng ini orang-orang Yahudi mendapat kekalahan yang telak, karena tidak bisa lagi menyelinap keluar masuk dari benteng-benteng sebelumnya. Mereka lari meloloskan diri dari benteng ini meninggalkan bagi kaum Muslimin anak-anak dan istri-istri mereka.  Setelah penaklukan benteng yang kokoh ini sempurnalah penaklukan bagian pertama dari tanah Khaibar, yaitu daerah Nuthah dan Syaqq. Di daerah ini masih ada benteng-benteng kecil yang lain, tapi dengan ditaklukannya benteng ini, mereka membiarkan benteng-benteng itu dan kabur menyelamatkan diri ke bagian kedua dari tanah Khaibar.

Setelah menaklukan daerah Nuthah dan Syiq, Rosululloh ﷺ mengalihkan perhatiannya kepada sekawanan pasukan yang ada di benteng Qamush, yakni benteng Bani Abil Haqiq dari Bani Nadhir, benteng Wathih dan benteng Salalim. Datang kepada sekawanan pasukan ini sisa-sisa pesukan yang menderita kekalahan di benteng Nuthah dan Syaqq. Lalu mereka membentengi diri dengan sekuat-kuatnya. Ketika kaum Muslimin datang ke daerah ini, Rosululloh ﷺ mengepung penghuninya selama 14 hari. Orang-orang Yahudi sama sekali tidak keluar, sampai-sampai Rosululloh ﷺ ingin menggunakan meriam untuk menggempur mereka. Namun ketika mereka yakin akan binasa, mereka pun meminta damai kepada Rosululloh ﷺ.

Ibnu Haqiq mengutus utusannya kepada Rosululloh ﷺ, “Turunlah, aku ingin berbicara denganmu?” Jawab Nabi ﷺ, “Baiklah.” Lalu beliau pun turun dan berdamai untuk tidak mengalirkan darah para pasukan yang ada di benteng mereka, membiarkan mereka keluar dari Khaibar bersama anak keturunan mereka dan mereka bersedia menyerahkan kepada Rosululloh ﷺ apa saja yang mereka miliki: seperti harta, bumi mereka, emas, perak, hewan ternak dan barang-barang perhiasan, kecuali baju yang melekat di badan. Rosululloh ﷺ pun bersabda, “Lepaslah jaminan Alloh dan jaminan Rosul-Nya dari diri kalian, jika kalian menyembunyikan sesuatu dariku.” Maka mereka pun berdamai dengan kesepakatan itu. Setelah perundingan ini, sempurnalah penyerahan semua benteng kepada kaum Muslimin, yang dengan itu pula selesailah penaklukan Khaibar. Wallohu’alam

Yuk! Bersama Luaskan Dakwah dengan Sedekah Jariyah

Categories