SURAT NABI KEPADA PARA RAJA BAG.2
Surat selanjutnya yang dikirimkan oleh Nabi ﷺ yaitu kepada Kaisar Romawi, Rosululloh ﷺ mengirimkan surat kepada Kaisar Romawi yang isinya, yaitu:
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dari Muhammad hamba Alloh dan utusan-Nya kepada Heraclius penguasa Romawi. Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti pertunjuk. Masuk Islamlah, niscaya kamu selamat. Masuk Islamlah, niscaya Alloh memberimu pahala dua kali lipat. Jika kamu berpaling, kamu akan menanggung dosa orang-orang Romawi.
Hai Ahli Kitab, marilah berpegang kepada suatu ketetapan yang sama di antara kita, bahwa kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Alloh, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun; dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai sembahan selain Alloh. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Alloh.”
Rosululloh ﷺ memilih Dihyah bin Khalifah al-Kalbi untuk membawa surat ini. Ia diperintah agar menyerahkan surat ini kepada penguasa Bushra, agar penguasa Bushra menyerahkannya kepada Kaisar. Hingga Heraclius, kaisar Romawi, pernah meminta kepada Abu Sufyan bin Harb dan para rombongan orang-orang Quraisy untuk menghadap kepadanya.
Ketika itu mereka sedang melakukan perdagangan di Syam, dan saat Rosululloh ﷺ masih memberi kelonggaran kepada Abu Sufyan dan kaum kafir Quraisy. Mereka menemuinya ketika berada di Iliya. Kaisar Romawi mengundang mereka ke majelisnya dengan didampingi pembesar-pembesar Romawi yang ada di sekelilingnya. Lalu ia memanggil juru bahasa dan bertanya,
“Siapa di antara kalian yang paling dekat nasabnya dengan orang yang mengaku Nabi itu?” Abu Sufyan berkata, “Aku katakan, ‘Aku yang paling dekat nasabnya di antara mereka.’ Kaisar berkata, “Dekatkan dia dariku, juga shahabat-shahabatnya, dan berdirikan mereka di belakangnya.” Kemudian ia berkata kepada juru bahasanya, “Aku akan menanyakan kepada orang ini tentang orang yang mengaku Nabi itu. Jika ia membohongiku, dustakanlah orang ini oleh kalian.” Abu Sufyan berkata, “Demi Alloh, kalau tidak karena takut menanggung malu jika ketahuan berbohong, pasti aku berdusta tentang Nabi ﷺ.”
Kemudian ia berkata, “Pertanyaanku yang pertama tentangnya adalah, “Bagaimana nasab keturunannya menurut kalian?” aku jawab, “Dalam masyarakat kami, dia memiliki nasab yang baik.” “Apakah ada salah seorang di antara kalian yang pernah mengaku sebagai Nabi sebelumnya?” Tanyanya, “Tidak.” Jawabku.
“Apakah ada di antara kakek-kakeknya yang menjadi raja?” “Tidak ada.” Jawabku. “Ia diikuti pemuka-pemuka masyarakat atau orang-orang lemah?” “Diikuti orang-orang lemah.” Kataku. “Mereka semakin bertambah atau semakin berkurang?” Lanjutnya, “Semakin bertambah.” Jawabku. Dia berkata, “Apakah salah seorang di antara mereka ada yang murtad karena benci kepada agamanya setelah ia memeluknya?” “Tidak ada.” Jawabku.
Dia berkata, “Pernahkan kalian menyangkanya berbohong sebelum ia mengaku Nabi?” “Belum pernah.” Jawabku. Dia berkata, “Pernahkah dia berkhianat?” “Belum pernah walau sekalipun, setidaknya untuk saat ini, kami tidak tahu apa yang ia perbuat.” Jawabku. Ia berkata, “Tidak bisa aku memeriksanya lebih jauh lagi, kecuali dengan pertanyaan itu tadi.” Lalu tanyanya, “Apakah kalian memeranginya?” Aku menjawab, “Ya.” Dia berkata, “Bagaimana peperangan antara kalian dengannya.” “Perang antara kami dengannya seimbang, kadang dia yang menang, kadang kami yang menang.” Jawabku. Dia berkata, “Apa yang ia perintahkan kepada kalian?” Aku menjawab, “Sembahlah Alloh semata, janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, tinggalkan apa yang dikatakan oleh leluhur kalian. Ia memerintahkan kami melakukan shalat, berkata jujur, menjaga kehormatan dan menyambung tali silaturahim.”
Kepada penerjemahnya ia berkata, “Katakan kepadanya, ‘Aku tanyakan padamu tentang nasab keturunannya, lalu kau sebutkan bahwa ia mempunyai nasab yang jelas, begitulah memang para rasul diutus dari keluarga yang mempunyai nasab luhur di antara kaumnya. Aku tanyakan padamu apakah ada seseorang dari kalian yang menyerukan kepada hal ini sebelumnya, kamu menjawab belum pernah. Kataku, “Bila ada orang yang pernah menyeru kepada hal ini sebelumnya, niscaya aku akan berkata, “Ia Cuma mengikuti perkataan yang pernah diucapkan sebelumnya.” Aku tanyakan apakah kakek-kakeknya ada yang pernah menjadi raja, kau jawab tidak ada. Kataku,
“Bila ada di antara kakek-kakeknya yang pernah menjadi raja, pasti aku katakan, “Ia hanya ingin mengembalikan kekuasaan leluhurnya.” Aku tanyakan, apakah kalian pernah menuduhnya berdusta sebelum ia mengaku Nabi, kau jawab belum pernah. Aku tahu tidaklah mungkin ia meninggalkan perkataan dusta kepada manusia kemudian dia berani berbohong kepada Alloh ﷻ.
Aku tanyakan, pemuka-pemuka masyarakat yang menjadi pengikutnya ataukah orang-orang lemah di antara mereka, kau menjawab, orang-orang lemah yang mengikutinya. Aku tahu memang orang-orang lemahlah pengikut para rosul. Aku tanyakan, apakah mereka bertambah atau berkurang, kau jawab bahwa mereka selalu bertambah. Begitulah halnya perkara iman sampai ia sempurna. Aku tanyakan, apakah ada seseorang yang murtad karena benci kepada agama setelah ia memeluknya, kau jawab, tidak ada. Begitulah halnya perkara iman ketika telah bercampur pesonanya dengan hati.
Aku tanyakan, apakah ia pernah berkhianat, kau jawab, belum pernah. Begitulah para rasul, tidak pernah berkhianat. Aku tanyakan, apa yang ia perintahkan, kamu jawab bahwa, ia memerintahkan agar kalian menyembah Alloh, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melarang kalian menyembah berhala, memerintahkan kalian melakukan sholat, berkata benar dan menjaga kerhormatan. Jika apa yang kau katakan adalah benar maka ia akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini. Aku tahu bahwa ia akan diutus. Aku tidak menyangka ternyata ia dari bangsa kalian. Jika saja aku dapat memastikan bahwa aku akan bertemu dengannya, niscaya aku memilih bertemu dengannya. Jika aku ada di sisinya, pasti aku cuci kedua kakinya sebagai bentuk penghormatan.
Kemudian ia meminta diambilkan surat Rosululloh ﷺ lalu dibacanya. Setelah selesai dari membaca surat, ramailah suara-suara di sampingnya dan semakin gaduh. Maka kami pun diperintahkan untuk keluar. Abu Sufyan berkata, “Aku katakan kepada shahabat-shahabatku ketika kami keluar, “Sungguh masalah anak Abi Kabsyah yaitu Muhammad ﷺ ini semakin runyam, sunguh ia ditakuti raja orang-orang kulit kuning. Maka aku senantiasa selalu meyakini perkara Rasululloh ﷺ bahwa ia akan meraih kejayaan hingga akhirnya Alloh Ta’ala memasukanku ke dalam agama Islam.”
Inilah surat Rosululloh ﷺ kepada Kaisar Romawi. Dan kejadian itu dipandang oleh Abu Sufyan sebagai bukti yang nyata bahwa perkara risalah yang diserukan Rosululloh ﷺ akan sangat memberi pengaruh dalam kehidupan masa depan, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Sungguh Allah mengurus urusan yang dikehendaki-Nya, Dia-lah Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa.
Wallohu’alam