Seri Siroh Nabi ﷺ: Perang Bani Quroidzoh
Setelah Nabi ﷺ dan para sahabatnya selesai dalam perang khondaq dengan meraih kemenangan dan pertolongan dari Alloh ﷻ, kini tiba waktunya Rosululloh ﷺ menyelesaikan urusannya dengan kabilah Yahudi Bani Quroidzhoh, yang telah mengkhianati perjanjian damai dengan beliau. Karenanya peristiwa ini disebut dengan perang Bani Quroizhoh.
Rosululloh ﷺ memerintahkan seorang mu’adzin agar berseru kepada orang-orang, “Siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah mendirikan shalat Ashar kecuali di Bani Quroizhoh…!!”
Para sahabat Rosululloh ﷺ pun segera menyambut seruan tersebut dan bergegas berangkat menuju perkampungan bani Quroizhoh.
Saat itu, kota Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum rodhiyallohu’anhu. Sedangkan panji peperangan diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib rodhiyallohu’anhu dan menyuruhnya agar lebih dahulu berangkat ke Bani Quroizhoh.
Kaum muslimin berkumpul hingga berjumlah tiga ribu pasukan untuk mengepung benteng musuh.
Perang Bani Quroizhoh merupakan peperangan urat syaraf. Meskipun kondisi mereka aman di balik benteng yang kuat, ditambah dengan persediaan makanan dan minuman yang memadai, tetap saja mereka merasa ketakutan terhadap pasukan muslimin.
Setelah keputusasaan menyelimuti Bani Quroizoh, dan tidak ada lagi pilihan lain, mereka pun menyerah dan tunduk kepada keputusan Nabi ﷺ. Rosululloh ﷺ memerintahkan untuk menahan semua Yahudi yang laki-laki dan tangan mereka dibelenggu. Seorang sahabat bernama Muhammad bin Salamah Al-Anshori diserahi tugas untuk mengawasi mereka. Sedangkan para wanita dan anak-anak digiring ke tempat tertentu yang terpencil.
Saat itu, Rosululloh ﷺ menunjuk Sa’d bin Mu’adz untuk menetapkan keputusan hukuman bagi bani Quroizoh. Pemilihan ini pun disetujui oleh suku Aus yang berharap ada keringanan hukuman bagi bani Quroizoh, karena mereka dahulunya merupakan sekutu. Kini, Bani Quroizhoh dan kaum muslimin, menanti-nanti keputusan apa yang akan ditetapkan oleh Sa’d bin Mu’adz.
Namun, Sa’d bin Mu’adz sedang berada di Madinah dan tidak ikut pergi ke Bani Qainuqa’ karena mendapat luka di urat lengannya sewaktu perang Ahzab. Setelah dipilih oleh Rosululloh ﷺ sebagai pemegang keputusan, maka dia dipanggil untuk datang dengan naik seekor keledai. Ketika dia hendak menemui Rosululloh ﷺ, orang-orang yang berada di kanan kirinya meminta kepada Sa’d untuk berbuat baik kepada rekan-rekannya dari Bani Quroizoh.
Sa’d bin Mu’adz diam tak menanggapi perkataan mereka. Tetapi karena semakin banyak orang yang berkata seperti itu, dia pun berkata, “Kini sudah tiba saatnya bagi Sa’d untuk tidak mempedulikan celaan orang yang suka mencela, karena Alloh”.
Setelah mendengar jawaban Sa’d ini, di antara mereka ada yang kembali ke Madinah dan meratapi apa yang bakal menimpa mereka. Setelah Sa’d berhadapan dengan Nabi, beliau memerintahkan kepada para shahabat untuk menemui pemimpin mereka, yaitu Sa’d.
Setelah Sa’d diturunkan dari punggung keledai, ia pun memastikan apakah keputusannya berlaku bagi bani Quroizhoh, orang-orang muslim termasuk Rosululloh ﷺ. Maka, Rosululloh ﷺ menjawab bahwa keputusannya benar-benar akan diberlakukan.
Akhirnya Sa’d memutuskan bahwa orang-orang Yahudi laki-Iaki dewasa harus dibunuh, para wanita dijadikan tawanan dan harta benda dibagi rata.
Terhadap keputusan tersebut, Rosululloh ﷺ bersabda, “Sa’d, Engkau telah membuat keputusan berdasarkan keputusan Alloh ﷻ dari atas langit yang tujuh.”
Keputusan Sa’d ini memang dinilai sudah pas dan adil. Karena di samping Bani Quroizhoh sudah melakukan pengkhianatan yang keji, mereka juga sudah menyiapkan 1500 bilah pedang, 2 ribu tombak, 300 baju besi dan 500 perisai untuk memerangi kaum Muslimin. Semua ini baru diketahui setelah orang-orang Muslim dapat menaklukkan benteng dan perkampungan orang-orang Yahudi Bani Quroizhoh.
Diriwayatkan bahwa jumlah kaum laki-laki dari Yahudi Bani Quroizhoh yang dieksekusi mati berjumlah enam ratus hingga tujuh ratus orang.
Begitulah kesudahan para pengkhianat yang telah melanggar perjanjian yang pernah disepakati, dan membantu pasukan musuh yang hendak membinasakan kaum Muslimin, bahkan pada saat-saat yang sangat kritis. Dengan tindakan seperti itu mereka dianggap sebagai penjahat perang, sehingga layak mendapat hukuman mati. Ada pula pemimpin Bani Nadhir yang ikut dibunuh bersama meraka. Salah seorang di antara para tokoh penjahat perang Ahzab adalah Huyai bin Akhthab, ayah Shafiyah Ummul-Mukminin rodhiyallohu’anha.
Rosululloh ﷺ memerintahkan untuk membunuh siapa pun yang sudah baligh. Sedangkan anak-anak yang dianggap belum baligh dibiarkan hidup.
Di antara anak yang dianggap belum baligh adalah Athiyyah Al-Qurozhi. Dia dibiarkan hidup, lalu masuk Islam dan menjadi shahabat yang baik. Selain Athiyyah ada pula Abdurrahman bin Az-Zabir, dia pun dibiarkan hidup. Kemudian dia masuk Islam dan menjadi shahabat yang baik.
Inilah akhir dari perang melawan kaum Yahudi Bani Quroizoh yang telah melakukan kejahatan perang mengkhianati perjanjian damai dan merencanakan makar terhadap kaum muslimin. Sekali lagi, Alloh ﷻ memberikan kemenangan kepada Rosululloh ﷺ dan para sahabatnya. Semoga, kita dapat mengambil pelajaran dari Siroh Nabi ini, amin. Wallohu a’lam