NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAM

Bagikan :

Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh ‘Alaihissalam.

Waktu dan Tempat Kelahiran

Al Hafizh Ibnu Asakir menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas  bahwa Nabi Ibrahim lahir di Ghauthah, Damaskus, di sebuah perkampungan bernama Barazah, di pegunungan Qasiun.” Terdapat riwayat lain bahwa Nabi Ibrahim dilahirkan di Babilonia. Ibnu Asakir mengatakan, “Yang benar, Ibrahim lahir di Babilon.

Menikah dengan Sarah

Para ahli sejarah menuturkan, Ibrahim menikah dengan Sarah dan Malik binti Haran. Maksudnya saudara sepupu Ibrahim. Sarah mandul, tidak bisa mempunyai anak. Tarikh kemudian bermigrasi bersama anaknya, Ibrahim beserta istrinya, Sarah, dan keponakannya, Luth bin Haran, meninggalkan kawasan Kaldan menuju bumi Kan’an. Mereka singgah di Haran. Di sana, Tarikh meninggal dunia dalam usia 230 tahun. Ini menunjukkan, Ibrahim tidak dilahirkan di Haran, tapi di bumi Kaldan, yaitu kawasan Babilon dan sekitarnya.

Menetap di Negeri Syam

Setelah singgah beberapa saat di Kaldan, mereka melanjutkan perjalanan menuju negeri Kan’an, yaitu di wilayah Baitul Maqdis. Mereka singgah di Haran, kawasan orang-orang Kaldan pada waktu itu. Mereka juga singgah di Jazirah dan Syam. Penduduk negeri itu menyembah tujuh bintang, dan orang-orang yang menghuni kota Damaskus juga memeluk agama yang sama. Mereka menghadap ke arah kutub selatan, menyembah tujuh bintang dengan berbagai macam ritual gerakan maupun ucapan. Karena itulah, di setiap tujuh pintu gerbang Damaskus kuno terdapat patung bintang tersebut. Mereka mengadakan hari-hari besar dan kurban untuk bintang-bintang yang mereka sembah.

Demikian pula dengan penduduk Haran, mereka menyembah bintang-bintang, dan berhala. Tidak terkecuali dengan penduduk seluruh bumi kala itu, mereka semua kafir, kecuali Ibrahim beserta istri dan keponakannya, Luth ‘alaihissalam. Melalui sosok Ibrahim, Allah melenyapkan keburukan-keburukan tersebut dan melenyapkan kegelapan yang ada.

Perdebatan antara Nabi Ibrahim dengan Kaumnya

Allah ﷻ berfirman, “Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, ‘Inilah Tuhanku.’ Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, ‘Aku tidak suka kepada yang terbenam.’ Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, ‘Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.’

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, ‘Inilah Tuhanku, ini lebih besar.’ Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan.’ Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Dan kaumnya membantahnya.

Dia (Ibrahim) berkata, ‘Apakah kalian hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada malapetaka dari apa yang kalian persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kalian dapat mengambil pelajaran. (QS. al An’am: 76– 81)

Ibrahim Menentang Peribadatan terhadap Berhala

Penduduk Babilon adalah para penyembah berhala. Mereka inilah yang didebat Ibrahim dan berhala-berhala mereka dihancurkan Ibrahim, diperlakukan secara hina dan dijelaskan sisi kebatilannya seperti yang Allah sampaikan dalam firman-Nya al Qur’an Surah Al Anbiya’ ayat 51-70, Asy-Syu’ara’ ayat 69-83 dan Ash-Shaffat ayat 83-98.

Kisah Kelahiran Nabi Ismail

Para ahli sejarah menyebutkan, Hajar melahirkan Isma’il saat Ibrahim berusia 86 tahun, tepat tiga tahun sebelum kelahiran Ishaq ‘alaihissalam. Setelah Isma’il lahir, Allah menurunkan wahyu kepada Ibrahim berisi berita gembira kelahiran Ishaq dari Sarah. Ibrahim langsung tersungkur sujud.

Perintah untuk Menyembelih Ismail

 “Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya, aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu,” si anak yang amat sabar ini langsung membuat ayahnya senang dan berkata, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Jawaban yang disampaikan Ismail ini sangat tepat, sebagai wujud puncak ketaatan kepada sang ayah, juga Rabb seluruh hamba.

Ismail Ditebus dengan Sembelihan Besar

Saat Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pisaunya di lehar Ismail, Allah memanggilnya, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Yaitu tujuan dari perintah itu sudah tercapai, Kami hanya ingin mengujimu, dan kau sudah menaati perintah itu, kau segera melaksanakan perintah Rabb-mu, Aku menggantikan anakmu itu dengan hewan kurban, sebagaimana dulu Aku melindungi badanmu dari kobaran api, juga sebagaimana kau dengan rela memberikan harta terbaikmu untuk tamu-tamumu. Karena itu Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata,” yaitu ujian yang nyata dan jelas.

Awal Kisah Pembangunan Ka’bah

As Suddi berkata, “Saat Allah memerintahkan Ibrahim dan Isma’il untuk membangun Baitullah, keduanya tidak tahu tempatnya, Allah kemudian mengirim angin bernama Khajuj. Angin ini kemudian mengibaskan tempat di sekitar Ka’bah hingga terlihat pondasi awalnya. Ibrahim dan Isma’il kemudian menggali dengan cangkul lalu meletakkan pondasi. Itu terjadi saat Allah berfirman, “Dan ingatlah, ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah.” (QS. al Hajj : 26)

Baitullah Masjid Pertama untuk Umum

Allah ﷻ berfirman, “Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”(QS. ali Imran: 96)

Anak-anak Ibrahim Al Khalil

Anak pertama Ibrahim adalah Isma’il dari Hajar Al Qibthiyyah Al Mishriyyah, setelah itu Ishaq dari Sarah, saudara sepupu Ibrahim sendiri. Setelah Sarah meninggal, Ibrahim menikah dengan Qanthur binti Yaqthin Al Kan’aniyyah. Qanthur melahirkan enam anak dari Ibrahim, Zamran, Saraj, Yaqsyan, Nasyaq, dan nama anak yang keenam tidak disebutkan. Setelah Qanthur meninggal, Ibrahim menikah dengan Hajun binti Amin. Hajun kemudian melahirkan lima anak untuk Ibrahim, Kaisan, Sauraj, Amim, Luthan, dan Nafis.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.pedulifajrifm.org

Categories