Nasab Nabi Hud ‘Alaihissalam
Ia adalah Hud bin Shalikh bin Afrakhsyadz bin Salim bin Nuh. Kaum Hud berasal dari sebuah kabilah bernama Aad bin Aush bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab yang tinggal di pegunungan-pegunungan pasir di Yaman. Mereka sering tinggal di perkemahan-perkemahan dengan perkemahan-perkemahan yang besar, seperti yang difirmankan oleh Alloh, “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ´Aad. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi.” (QS. al-Fajar 6-7).
Alloh menjadikan kaum Aad sebagai orang-orang yang terkuat pada masanya dari sisi fisik dan kekuatan. Hal ini membuat mereka angkuh dan sombong. Alloh berfirman, “Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu.” (QS. al-A’rof: 69)
Kaum Aad adalah umat yang pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar pada masa Nabi Nuh. Mereka melampaui batas dalam menyembah berhala. Mereka menjadikan berhala sebagai sesembahan selain Alloh. Kesesatan yang menimpa kaum Aad tidak hanya kesyirikan, ternyata mereka mengingkari kebangkitan, mengingkari tubuh manusia bisa berdiri kembali setelah menjadi tanah dan tulang belulang. Mereka terang-terangan menyatakan di hadapan Nabi Hud bahwa kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan dunia dan tidak ada hari kebangkitan.
Seruan Menyembah Alloh
Kemudian Alloh mengutus Nabi Hud ‘Alaihissalam di tengah-tengah mereka, dari golongan mereka sendiri, menyeru untuk beribadah kepada Alloh semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Saat memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Alloh, mendorong mereka untuk taat dan memohon ampun kepada-Nya, Hud menjanjikan kebaikan dunia dan akhirat, dan mengancam hukuman dunia dan akhirat bagi siapapun yang menentang.
Hud mendakwahi kaumnya dengan bentuk nasehat yang begitu tulus, penuh kasih sayang, dan amat berharap agar kaumnya mendapat petunjuk. Nabi Hud ‘Alaihissalam sedikitpun tidak mengharap imbalan atau upah dari mereka. Hud menyampaikan bahwa dakwah dan nasihat karena ikhlas semata untuk Alloh, hanya mengharap imbalan dari Robb yang mengutusnya. Karena itulah Hud mengatakan, “Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu atas seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu mengerti?” (QS. Hud: 51).
Tidak hanya itu, Hud pun mengingatkan kepada mereka akan nikmat-nikmat Alloh yang telah dianugerahkan kepada mereka agar mereka tahu bahwa apa yang diperbuat mereka terhadap berhala adalah suatu kesalahan. Ia berkata, “Dia (Alloh) telah menganugerahkan kepadamu hewan ternak dan anak-anak, dan kebun-kebun, dan mata air, sesungguhnya aku takut akan ditimpa adzab pada hari yang besar.” (QS. asy-Syu’ara: 134 dan 135)
Dituduh Gila
Setelah Hud menyampaikan seruannya, mereka meminta Nabi Hud untuk mendatangkan mukjizat dan menuduh bahwa Nabi Hud adalah orang gila. Mereka mengatakan, “Kau tidak mendatangkan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang kau sampaikan. Kami tidak akan meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala kami karena kata-katamu yang tidak diperkuat dalil ataupun bukti nyata. Kami kira, kau tidak lain adalah orang gila atas kata-kata yang kau sampaikan. Dan menurut kami, yang menimpamu itu disebabkan sebagian tuhan kami marah padamu, hingga akal kamu rusak dan kamu terkena penyakit gila.” (Lihat tafsir QS. Hud: 52-53)
Hud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS. Hud: 54-55)
Mereka menolak dakwah Hud karena mereka merasa aneh, Alloh mengutus para rasul dari bangsa manusia. Karena itu Hud berkata kepada kaumnya, “Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Robbmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu?” (QS. Al-‘Arof: 69)
Mereka menganggap bahwa ajaran yang dibawa oleh Hud merupakan ajaran yang baru yang bertentangan dengan adat kebiasaan nenek moyang mereka. Oleh karena itu dakwah Nabi Hud ‘Alaihissalam mereka dustakan bahkan mereka berani menantang Hud agar mendatangkan azab. Mereka berkata kepada Hud, “Apakah kedatanganmu kepada kami agar kami hanya menyembah Alloh saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancaman kepada kami, jika kamu benar.’ QS. al-A’rof: 70)
Kemudian Hud menjelaskan bahwa apa yang mereka katakan membawa kebenciaan dan kemurkaan dari Alloh. Lalu ia mengingatkan bahwa persembahan mereka kepada berhala adalah perkara batil dan Alloh tidak menurunkan bukti nyata atas keyakinan mereka. Hud mengancam mereka untuk menunggu siksaan dan hukuman-Nya yang akan menimpanya. Setelah itu Hud berdoa kepada Alloh, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku.’ Dia (Alloh) berfirman, “Tidak lama lagi pasti mereka menyesal.” (QS. al-Mukminun: 39-40)
Kaum Hud Ditimpa Azab
Alloh menimpakan kepada kaum Aad kemarau yang panjang hingga mereka kelaparan. Pada masa itu ketika kekeringan menimpa mereka, orang-orang meminta kepada Alloh melalui kesucian baitulloh agar turun hujan. Kemudian Alloh perlihatkan kepada mereka awan di langit yang mereka anggap awan hujan padahal itu adalah awan azab. Lalu Alloh mendatangkan azab-Nya untuk meluluh lantahkan kaum Aad sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an Surat al-Ahqof 24 dan 25.
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak tampak lagi (di bumi), kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.”
Alloh menimpakan azab kepada mereka berupa angin sangat dingin yang berhembus dengan sangat kencang yang menimpa mereka selama tujuh malam delapan hari secara berturut-turut, hingga tak seorang pun di antara mereka yang tersisa. Angin itupun menghancurkan rumah-rumah dan bangunan-bangunan kokoh mereka. Alloh berfirman, “Adapun kaum ´Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ´Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk), maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.” (QS. al-Haqqoh: 6-8)
Tidak hanya itu Allohpun menimpakan azab kepada mereka berupa suara yang mengguntur. Alloh berfirman, “Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan kami jadikan mereka seperti sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang-orang yang dzalim.” (QS. Mukminun; 41)
Pada sisi lain, Alloh selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersamanya dari azab, baik di dunia dan di akhirat seperti firman-Nya di surat al-A’rof: 72, “Maka Kami menyelamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami memusnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka bukanlah orang-orang beriman.”
Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!