NABI NUH ‘ALAIHISSALAM

Bagikan :

Nabi Nuh ‘Alaihissalam dan Kesyirikan Pertama

Namanya Nuh bin Lamik bin Muttawsyalkh bin Khanukh Idris bin Yarid bin Mahylayil bin Qanin bin Anusy bin Syaits bin Adam bapak para manusia. Nabi Nuh ‘Alaihissalam lahir 116 tahun setelah Adam meninggal dunia, menurut penjelasan Ibnu Jarir dan yang lainnya, berdasarkan sejarah Ahli kitab, Nabi Nuh ‘Alaihissalam lahir 146 tahun setelah Adam meninggal dunia, karena di antara keduanya terpaut sepuluh generasi. Kaum Nabi Nuh bernama Bani Rasib berdasarkan penuturan Ibnu Jarir dan yang lainnya. Ulama berbeda pendapat terkait usia Nuh saat diutus sebagai rasul. Sebagian menyebut Nuh diutus saat berusia 50 tahun. Yang lain menyatakan 350 tahun. Pendapat berbeda menyatakan Nuh menjadi rasul saat berusia 480.

Nabi Nuh memiliki 4 putra dari seorang istri, yaitu Sam, Ham, Yafis dan Kan’an. Istrinya adalah istri yang durhaka kepadanya dengan mengingkari kerosulannya. Istrinya bahkan lancang mengatakan bahwa Nabi Nuh  adalah orang gila. Walaupun demikian, ia bukan seorang pezina, karena semua istri nabi telah dijaga dari perbuatan keji. Karena kedurhakaannya tersebut, istri Nabi Nuh ‘Alaihissalam dimasukkan ke neraka sebagai pelajaran bagi seluruh manusia bahwa kedekatan hubungan tidak bisa menjamin keselamatan dan tidak bisa saling memberikan pertolongan antara yang satu dengan yang lainnya. Demikian juga yang dialami Kan’an, anak Nabi Nuh. Ketika bahtera berlabuh, Nabi Nuh bertemu dengannya. Nabi Nuh memanggil dan mengajaknya agar beriman serta mengikuti beliau naik ke perahu. Namun ia tetap enggan dan tidak mau beriman serta bersikeras di atas kekafirannya.

Kaum yang dihadapi Nabi Nuh adalah kaum dan generasi pertama yang melakukan tindak kekufuran dan perbuatan syirik di muka bumi. Saat itu mereka adalah kaum yang telah menyimpang dari kemurnian tauhid dan beralih menjadi generasi yang bergelimang kesyirikan. Mereka adalah kaum paganis (atheis musyrik) yang beribadah kepada patung dan berhala, karena telah dilalaikan oleh setan dari agama yang lurus.

Setelah generasi-generasi shalih pada masa Nabi Nuh berlalu, terjadi sejumlah hal yang pada akhirnya memicu manusia pada saat itu untuk mengagungkan dan menyembah berhala. Pemicu penyembahan berhala ini dalam riwayat Imam Bukhari dan Ibnu Juraijj, dari Atha’, saat manafsirkan Firman Allah:

 “Dan mereka berkata, ’Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.” (QS. Nuh: 23)

Ibnu Abbas rodhiyallohu’anhuma mengatakan, “Ini adalah nama orang-orang shalih di antara kaum Nabi Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, setan membisikan pikiran jahat mereka kepada kaum mereka untuk membuat sejumlah patung yang diberi nama-nama mereka di majelis-majelis yang dulunya mereka hadiri. Mereka mewujudkan bisikan setan itu, hanya saja patung-patung itu belum disembah. Setelah mereka semua mati dan ilmu agama lenyap, mulailah patung-patung itu disembah.” Di saat kerusakan dan penyembahan berhala terjadi di segala penjuru, Alloh mengutus hamba dan rasul-Nya yaitu Nuh, untuk menyeru manusia beribadah kepada Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang menyembah apapun selain-Nya. Inilah inti dakwah yang diseru oleh para nabi kepada umat mereka.

Seorang Rasul Pertama

Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus Alloh di muka bumi. Nabi Nuh menyeru kepada umatnya menuju Alloh dengan berbagai macam dakwah tanpa mengenal waktu, siang dan malam, kala sepi ataupun ramai, sesekali dengan kabar gembira dan kadang dengan ancaman azab yang akan Alloh timpakan kepada orang yang ingkar. Namun semua itu tidak membawa hasil. Sebagian besar mereka justru tetap sesat, berlaku semena-mena, menyembah patung dan berhala, memusuhi Nabi Nuh setiap saat, menghina Nuh dan para pengikutnya yang beriman padanya, mengancamkan rajam dan pengusiran pada mereka, menyakiti Nuh dan para pengikutnya secara berlebihan.

Cobalah renungi beberapa firman Alloh Ta’ala berikut ini: “Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”. (QS. asy-Syuara’: 107-110).

Mereka berkata kepada Nuh, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyala seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah pendusta.” (QS. Hud: 27)

Ketegaran Nabi Nuh Berdakwah

Waktu terus berlalu, Nabi Nuh selalu menyampaikan dakwah kepada mereka, namun hanya segelintir orang saja yang beriman kepadanya. Setiap kali satu generasi berlalu, mereka berpesan kepada generasi berikutnya agar tidak beriman kepada Nuh, harus memerangi dan menentangnya. Mereka saling bekerja sama untuk menghalangi dakwah. Nabi Nuh begitu tegar dalam mendakwahi kaumnya, tepatnya selama 950 tahun sekalipun mereka tetap saja berada dalam kekufurannya, tidak mau mengikuti seruan dakwahnya sedikitpun.

Alloh ﷻ berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. al-‘Ankabut: 14).

Alloh ﷻ menghibur Nabi Nuh agar tidak bersedih atas sikap kaumnya yang ditunjukan kepadanya, Alloh berfirman, “Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36).

Tabiat dan watak mereka enggan untuk beriman dan mengikuti kebenaran yang Nabi Nuh sampaikan, karena itu Nuh berkata, “Dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur.” (QS. Nuh: 27) dan Nabi Nuh pun berdoa atas kaumnya yang enggan menerima dakwah beliau, “Dia (Nuh) berkata, ‘Ya Tuhanku, sungguh kaumku telah mendustakan aku; berilah keputusan antara aku dan mereka, dan selamatkanlah aku dan mereka yang beriman bersamaku.” (QS. asy-Syura: 117-118)

Perintah Membuat Kapal

Kesalahan-kesalahan berupa pengingkaran, kekejian dan doa Nabi Nuh menumpuk menjadi satu kepada mereka. Saat itulah Alloh memerintahkan Nuh untuk membuat kapal besar yang belum pernah ada sebelumnya, juga tidak akan ada kapal sebesar itu setelahnya. “Dan mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya,”  mereka mencemooh Nuh dan menganggap ancaman yang beliau sampaikan adalah mustahil terjadi. Inilah kebiasaan dari pemimpin atau pemuka kaum yang menentang dan menolak ajakan para nabi mereka.

Saat tiba waktu turunnya azab bagi kaum Nabi Nuh dan telah tampak sangat nyata tanda-tandanya. Maka Nabi Nuh berkata kepada kaumnya yang beriman: “Naiklah kalian ke dalamnya dengan menyebut nama Alloh di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Robbku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”. Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Alloh selain Alloh (saja) yang Maha Penyayang.”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 41-43).

Sekelompok mufassir menyatakan, air menutupi puncak gunung tertinggi di bumi setinggi 15 hasta. Demikian penjelasan yang ada di kalangan Ahli Kitab.  Sumber lain menyebutkakn 80 hasta. Air manutup seluruh permukaan bumi, menutupi seluruh lembah dan bukit, menutupi pegunungan, ngarai dan pasir, tak satu pun makhluk hidup yang tersisa di bumi saat itu, entah yang kecil maupun yang besar. Kaum Nabi Nuh tenggelam bersama kesombongan mereka kepada ajaran Nabi.

NABI NUH ALAIHISALAM

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.pedulifajrifm.org

Categories