Search

Nikmat Harta Adalah Sebuah Ujian

Nikmat Harta Adalah Sebuah Ujian Peduli Fajar Imani

Bagikan :

Harta adalah bentuk kenikmatan yang perlu dikendalikan, karena jika kenikmatan ini disalah gunakan atau digunakan tanpa menghiriaukan syariat dan aturan Islam maka harta tersebut akan berbalik kepada anda dengan membawa kerugian dan kecelakaan yang membuat anda akan menyesal.

Akan tetapi jika kenikmatan tersebut digunakan sewajarnya dan sesuai tuntunan syariat maka hal tersebut akan menjadi ladang pahala bagi pemiliknya, maka dari itu janganlah sungkan untuk bersedekah karena dengan sedekah tersebut harta kita akan dijaga oleh Alloh SWT bahkan akan deberi balasan kebaikan dan keberkahan yang berlipat-lipat.

Berhati-hatilah dengan harta karena hal ini bisa membawa musibah bagi sang pemiliknya, ingatlah bahwa harta itu adalah amanah yang harus dijaga dan dipergunakan dengan baik.

Sedikit orang yang selamat ketika ia diberi amanah nikmat harta. Allah ﷻ berfirman,

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 28).

Pada saat ini kita bisa melihat bahwa orang kaya ada dimana-mana, mereka memiliki harta yang berlebih. Tentu ini adalah sebuah amanah harta yang besar di sisi Alloh SWT,

Dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ…وَعَنْ مَالِهِ ، مِنْ أَيْنَ اكتَسَبه ؟ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ؟

“Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya 4 hal: (diantaranya), tentang hartanya: dari mana harta itu diperoleh dan untuk apa harta itu dibelanjakan…” (HR. Turmudzi, Ad-Darimi, At-Thabranni dalam Al-Ausath, Al-Bazzar dsb).

1. Nikmat harta akan dipertanggung jawabkan

Mengenai harta, maka manusia akan mendapatkan beberapa pertanyaan, darimana dia dapatkan? Harta kita akan dinyatakan statusnya apakah harta yang didapat dengan cara yang halal atau apakah dari hasil yang haram seperti mencuri, riba, menyuap, korupsi dan lain-lain.

Jika selamat dari pertanyaan yang pertama maka jangan senang dulu masih ada pertanyaan yang kedua, kemana harta itu dikeluarkan? Apakah harta yang kita peroleh dikeluarkan untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti infak dijalan Alloh, memberikan sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan, membangun fasilitas ibadah, tholabul ilmu dan lain-lain. Atau mungkin dikeluarkan untuk berhura-hura bahkan dikeluarkan harta untuk yang haram-haram. Maka jika dia dapat menjawab dua pertanyaan ini dengan baik maka dia termasuk orang-orang yang beruntuk.

Jika dia hanya bisa menjawab salah satunya saja maka dia termasuk orang-orang yang binasa. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak bisa menjawab keduanya sungguh dia akan binasa dan rugi serugi-ruginya.

Namun sayangnya, banyak orang tidak menaruh perhatian besar terhadap permasalahan ini. Perhatian mereka hanya tertuju bagaimana agar memperoleh uang yang banyak. Nabi ﷺ bersabda,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟!

“Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seorang tidak lagi perduli dengan apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram?!” (HR. al-Bukhari).

2. Nikmat harta tidak berlebih-berlebihan dalam mengeluarkannya

Nikmat harta adalah sebuah ujian, Alloh melarang kita untuk bersikap israf dan tabdzir. Israf adalah mengeluarkan harta tanpa ada kebutuhan sedangkan tabdzir dia tidak peduli apakah harta yang dia keluarkan untuk sesuatu yang halal atau haram, tidak peduli untuk apa harta atau uang dikeluarkan. Ia hanya mengikuti hawa nafsu keinginannya.

Banyak orang yang mengeluarkan harta untuk jalan-jalan ke negeri non muslim, dia gunakan harta untuk menonton kemaksiatan yang ada lalu dia menikmatinya dan melihat bagaimana Alloh SWT dipersekutukan. Tanpa sadar mereka akan dimintai pertanggung jawaban di hari kiamat kelak.

3. Jangan pelit dalam meninfakkan harta

Seseorang menahan hartanya dan tidak mengeluarkannya, walaupun untuk kebutuhan diri sendiri, atau untuk istrinya, anaknya, dan kerabatnya. Allah ﷻ mencela yang demikian dalam ayat Alquran.

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى* وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى* وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى* وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى* فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS:Al-Lail | Ayat: 5-10).

وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمْ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS:Ali Imran | Ayat: 180).

4. Jangan berbangga-bangga dengan nikmat harta yang diperoleh

Berbangga bangga dengan banyaknya harta adalah suatu hal yang tercela, banyak orang yang terjatuh dalam jurang ini. bangga yang berlebihan itu buruk dan Allah ﷻ tidak menyukai yang demikian.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS:Al-Qashash | Ayat: 77).

Jadikan harta itu sebagai sarana yang membantumu untuk bahagia di akhirat dan dunia.

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS:Al-Qashash | Ayat: 77).

Lalu apa jawab Qarun? Ia menjawab,

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (QS:Al-Qashash | Ayat: 78).

Wallohua’lam…

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *